Selamat Datang di AHLUL QUR'AN

MANUSIA DAN HARI AKHIR


        MANUSIA DAN HARI AKHIR (Telaah Al-Jatsiyah:24) Dan mereka berkata; "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa". Dan mereka sekali-kali tidak memiliki pengetahuan tentang itu; mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja. (Al-Quran, Al-Jatsiyah:24) Ikhwan/akhwat fiLlah, assalamu'alaikum ... Ketika saya membaca ayat ini, seakan-akan saya belum pernah membacanya sebelum ini. Padahal, argumen-argumen seperti inilah yang beberapa kali saya dengar dalam berdiskusi dengan mereka yang tidak mempercayai akan adanya Hari Akhir. Konsep ini bagi mereka amatlah sukar untuk diterima. Kolega saya, seorang geologist asal Korea Selatan, yang mengaku atheist ... selalu saja menggunakan dalih "only time will destroy us!" Namun, bila saya "kejar" untuk membuktikan argumen-argumennya, dia selalu tampak goyah, seakan tak punya landasan. Dia paparkan bukti- bukti gelogist, namun ketika mencoba menyimpulkan bahwa "hereafter" itu tidak ada, dia mulai ragu ... paling-paling dia katakan "I'm not sure, but, I think ...". Kelihatan sekali dia hanya menduga-duga, tidak yakin. Cocok sekali dengan ungkapan ayat di atas. SubhanaLlah! Meyakini adanya Hari Akhir, merupakan salah satu basis dalam ajaran Islam. Memungkirinya atau meragu-ragukannya, berarti mengingkari seluruh ajaran Islam. Hakikat Yaum-ul-Akhir termasuk hal yang ghaib, karenanya hanya agamalah yang dapat menerangkannya. Manusia tidak dapat mereka-reka kejadian di hari itu, tanpa keterangan langsung dari ALlah SWT dalam Al-Quran dan melalui keterangan-keterangan dari RasuluLlah SAW. Oleh karena itu, seorang mu'min sepatutnya menerima sepenuhnya petunjuk-petunjuk ALlah tentang Kiamat tanpa pertimbangan lagi. Lebih jauh, Islam memandang dunia dan akhirat sebagai kesatuan integral yang tak terpisahkan. Islam tidak menjauhi, membenci atau mengaharamkan dunia; melainkan melihatnya sebagai jembatan menuju akhirat. RasuluLlah SAW memberi perumpamaan yang tepat bagi dunia ini: "Ad-dunya mazru'atul akhirat" (Dunia adalah sawah-ladangnya akhirat). Dunia tempat berbuat dan akhirat tempat memetik buah hasil perbuatan. Kendati dunia teramat penting, ia tidak boleh dijadikan tujuan. Seorang mu'min senantiasa menjadikan ridha ALlah, serta pahala balasan akhirat sebagai titik tuju. Sekarang coba kita tengok, kenyataan yang berlaku dewasa ini. Bagaimanakah sikap manusia (termasuk umat Islam) terhadap hari akhirat? Tak dapat dipungkiri, dalam era modern seperti dewasa ini daya pikat dunia semakin kuat dan memabukkan sehingga mereka yang tidak mengenal kebenaran dengan mudah terbuai oleh rayuannya. Semakin bartambahnya usia, yang pada hakikatnya semakin mendekati titik akhir, justru akhirat semakin diabaikan. Tidak sedikit yang menanggapi uraian-uraian mengenai akhirat dengan acuh tak acuh. Bahkan banyak di antaranya yang menganggap sepi tak berarti, dan bahkan mengingkari. Dalam keimanan pada hari akhir, paling tidak, manusia dapat digolongkan dalam tiga macam: 1. Sama sekali tidak percaya. Jumlah manusia golongan ini cukup banyak dan pemikiran mereka dominan sekali pada masa ini. Orang-orang ini percaya bahwa materi itu di atas segala-galanya. Bagi mereka, kehidupan ini hanyalah semata- mata di dunia saja. Tidak pernah terlintas untuk meyakini adanya hari akhir, serta tak perlu bertanggung jawab atas apa-apa yang diperbuatnya. 2. Percaya, tapi tidak mempersiapkan diri. Mungkin, jumlah terbanyak umat manusia termasuk dalam golongan ini. Sebagian besar umat Islam masa kini juga termasuk mereka. Sebenarnya, orang-orang yang mengimani hari akhirat berikut pembalasan di dalamnya, akan selalu berhati-hati dalam perbuatannya karena mereka sadar akan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Namun sayang, keimanan tersebut tak berpengaruh dalam perbuatan atau sikapnya. Kenyataan hidup sehari-harinya sangat jauh dari konsep iman. 3. Percaya, dan berusaha mempersiapkan diri. Manusia dalam kelompok ini meyakini adanya akhirat, dan selalu berupaya keras untuk mencapainya. Kelompok inilah yang disebut "mu'min". Iman kepada ALlah dan Hari Akhir membentuk sikap dan perilakunya. Seluruh perbuatannya berdasarkan aturan dan hidayah ALlah. Terkontrol sepenuhnya oleh tanggung-jawabnya terhadap Hari Pengadilan dan Pembalasan. Setiap tindakannya selalu disertai dengan satu tanya "Nanti bagaimana?", bukannya "Bagaimana nanti!" Setelah meyakininya, kewajiban seorang mu'min adalah mewujudkan keyakinannya itu dalam bentuk akhlaq serta aktifitas kehidupan. RasuluLlah SAW bersabda: Barangsiapa yang beriman kepada ALlah dan Hari Akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya, dan barangsiapa yang yang beriman kepada ALlah dan Hari Akhir, hendaklah berbicara yang baik; dan kalau tidak dapat, hendaklah ia diam saja. [Muttafaqun alaihi] WaLlahu 'alam bissawab Wassalamualaikum.
Share this post :
 
Support : yusron | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. AHLUL QUR'AN - All Rights Reserved
Template by Cara Mudah Modified by yusronalhafizh
Proudly powered by Blogger