( Khutbah Pertama )
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Marilah
pada pagi hari ini, kita tingkatkan rasa ketaqwaan kita kepada Allah
swt , seraya bersyukur kepada-Nya bahwa sampai saat ini kita masih
diberi kesehatan dan kesempatan sehingga bisa menunaikan ibadah sholat
Idul Adha yang diberkati oleh Allah swt ini.
Pada kesempatan yang
berbahagia ini, marilah bersama –sama, kita merenungi firman Allah swt,
sebagaimana yang tersebut di dalam Surat Al Shofat : 99- 111, tentang
kisah nabi Ibrahim as. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah
beliau, untuk kemudian kita jadikan bekal di dalam mengarungi kehidupan
ini. Sungguh sangat benar apa yang difirmankan Allah swt :
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan
orang-orang yang bersama dengan-nya “ ( QS Al Mumtahanah : 4 )
Diantara pelajaran yang bisa kita ambil pada pagi hari adalah :
Pelajaran Pertama :
“
Dan Ibrahim berkata:”Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabb-ku,
dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku . “ ( Q. S. Al Shofat : 99 )
Paling tidak, ada empat hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
Allah memerintahkan kita untuk berhijrah dan mencari tempat yang
kondusif untuk beribadah kepada Allah dan berdakwah di jalan-Nya. Nabi
Ibrahim as, setelah sekian tahun berdakwah pada kaumnya, ternyata yang
didapat bukan sambutan baik, akan tetapi cercaan, hinaan, bahkan usaha
pembunuhan terhadapnya, ia dipaksa untuk menceburkan diri ke dalam api
yang sedang menyala. Setelah Allah menyelematkan-nya, beliu diperintah
untuk berhijrah ke negri Syam, dalam hal ini Palestina, untuk
melanjutkan gerakan dakwah.
Allah memerintahkan kita untuk meluruskan niat hanya untuk mencari ridha Allah di dalam setiap perbuatan.
Allah memerintahan kita untuk membulatkan tekad di dalam menempuh sebuah tujuan yang mulia.
Allah memerintahkan kita agar senantiasa mengingat kematian, karena
bagaimanapun juga hebatnya seseorang di dunia ini, akhirnya akan kembali
juga kepada Allah swt . “ Inna Lillah wa Inna Ilahi Roji’un “ Kita
adalah milik Allah dan akhirnya kita akan kembali kepada-Nya juga .
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran Kedua :
“ Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh “ ( Qs Al Shoffat : 100 )
Ada tiga hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
Kita harus menyakini bahwa hanya Allah saja yang menciptakan, mengatur
dan merawat alam semesta ini. Dan hanya Allah-lah yang menurunkan rizki,
memberikan anak, menurunkan hujan, yang menghidupkan dan yang
mematikan, memberikan kita sakit dan yang menyembuhkan. Nabi Ibrahim as
menyakini hal itu semuanya, oleh karenanya beliau memanggil Allah dengan
kata « Rabb « yaitu Yang memelihara dan Yang merawat .
Setelah kita
menyakini hal itu semua, maka wajib bagi kita, – sebagai konsekwensi
logis dari keyakinan tersebut – untuk tidak beribadah dan meminta
pertolongan kecuali kepada Allah swt. Di sini, kita dapatkan nabi
Ibrahim as tidak memohon kecuali kepada Allah agar dikarunia keturunan.
Allah swt mengajarkan kepada kita adab berdo’a. Diantaranya adalah
hendaknya kita tidak meminta sesuatu kepada Allah swt di dalam kehidupan
ini, kecuali jika sesuatu tersebut mempunyai maslahat di dalam hidup
kita di dunia dan akherat secara bersama-sama. Kita lihat umpamanya nabi
Ibrahim as, tidak meminta keturunan kecuali keturunan yang sholeh,
yaitu keturunan yang akan meneruskan perjuangannya di dalam menyebarkan
dan menegakkan ajaran Islam, keturunan yang akan selalu berbakti kepada
orang tua di saat masih hidup, dan selalu mendo’akannya tatkala ia telah
meninggal dunia. Ini sangat sesuai dengan do’a yang tersebut di dalam
Q.S. Al Baqarah : 200-201 :
“ Maka di antara manusia ada orang
yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan
tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara
mereka ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. “ (
QS Al Baqarah : 200-201 )
Begitu juga kita, seandainya meminta
sesuatu kepada Allah , hendaknya meminta sesuatu yang ada manfaatnya di
akherat kelak, seperti meminta anak yang sholeh, harta yang barakah,
ilmu yang bermanfaat, istri yang sholehah dan seterusnya.
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran Ketiga :
“ Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar “ . ( Qs Al Shoffat : 101 )
Ada dua hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
Kalau kita sudah berdo’a secara sungguh-sungguh dan terus-menerus,
tetapi Allah belum mengabulkan-nya juga, kita tidak boleh putus asa,
karena putus asa terhadap rahmat Allah adalah sifat orang-orang yang
tidak beriman. Sebagaimana firman Allah :
“ Dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”( QS Yusuf : 87 )
Nabi
Ibrahim as sendiri tidak pernah putus asa dalam berdo’a, walaupun
puluhan tahun lamanya do’nya belum diterima oleh Allah , baru pada masa
tua-nya, do’a tersebut telah dikabulkan oleh Allah swt .
Kita wajib
mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita, sekecil apapun
nikmat tersebut. Atau bahkan nikmat tersebut baru kita dapat di akhir
hidup kita. Nabi Ibrahim mencontohkan hal ini kepada kita, dia sangat
bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada-nya berupa anak
walaupun baru terkabulkan di akhir umurnya. Beliau memuji Allah atas
nikmat tersebut :
“ Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. “ ( QS
Ibrahim : 39 )
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran Keempat :
“
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam
mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu;
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” ( QS
As Shofat : 102 )
Ada lima hikmah yang bisa diambil dari ayat di atas :
Bahwa kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan keberhasilan di dalam
kehidupan dunia ini dan di akherat nanti, kecuali jika kita mau
mengorbankan apa yang kita cintai . Nabi Ibrahim as berhasil meraih
predikat kholilullah ( kekasih Allah ), karena telah mampu mengorbankan
sesuatu yang dicintainya yang berupa anak , demi mencapai kecintaan
kepada Allah swt. Ini sesuai dengan firman Allah swt :
« Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. « ( QS Ali Imran : 92 )
Bahwa kehidupan ini tidak kekal, dan banyak hal yang terjadi secara
tiba-tiba di luar perkiraan kita. Kadang, kita dapatkan dalam kehidupan
dunia ini hal-hal yang kita cintai justru malah cepat pergi dari kita,
sebaliknya hal-hal yang kita benci malah datang terus kepada kita. Maka
Allah menyebut kesenangan dunia ini dengan kesenangan yang menipu (
mata’u al ghurur ), karena akan sirna bahkan berubah menjadi malapetaka,
jika cara mengolahnya tidak sesuai tuntunan Allah swt. Allah swt
berfirman :
“ Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya
kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” ( QS Al Hadid : 20 )
Tetapi pelu diingat juga bahwa tidak setiap perkara yang kita benci
pasti membawa mudharat bagi kehidupan kita. Terkadang yang terjadi
adalah sebaliknya, musibah yang kita anggap akan mendatangkan
malapetaka, ternyata malah membawa kita kepada kesuksesan besar di dalam
hidup ini. Kita lihat umpamanya, yang dialami oleh nabi Ibrahim as,
ketika diperintahkan Allah swt untuk meninggalkan istri dan anaknya yang
masih kecil di tengah padang pasir, yang tidak ada tumbuh-tumbuhan dan
air. Sebagai manusia, tentunya nabi Ibrahim tidak ingin mengerjakan hal
tersebut kalau bukan karena perintah Allah swt. Sesuatu yang tidak
dikehendaki nabi Ibrahim tersebut, ternyata telah menjelma menjadi
sebuah ibadah haji yang dikemudian hari akan diikuti berjuta –juta
manusia, dan dari peristiwa itu juga, keluarlah air zamzam yang dapat
menghidupi jutaan orang dan bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Begitu
juga, ketika nabi Ibrahim as. diperintahkan untuk menyembelih anaknya
Ismail, yang sangat dicintainya. Setiap orang yang masih mempunyai hati
nurani yang sehat, tentu sangat tidak senang jika diperintahkan
menyembelih anaknya sendiri. Tapi apa akibatnya ? Ketika kedua-duanya
pasrah, Allah membatalkan perintah tersebut dan menggantikannya dengan
kambing. Dari peristiwa ini, akhirnya umat Islam diperintahkan untuk
berkurban setiap datang hari raya Idul Adha. Memang, kadang sesuatu yang
kita benci, justru adalah kebaikan bagi kita sendiri. Allah berfirman :
“
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.( QS Al Baqarah : 216 )
Oleh karenanya, di dalam menghadapi ujian kehidupan dunia ini, kita
haru sabar dan tawakkal, serta menyerahkan diri kepada Allah swt,
sebagaimana yang dicontohkan nabi Ibrahim ketika diperintahkan untuk
menyembelih anaknya sendiri. Berbeda dengan orang –orang yang tidak
beriman dan tidak mempunyai keyakinan kepada janji-janji Allah swt,
mereka akan goncang dan stress jika kehilangan sesuatu yang sangat
dicintainya, apalagi anaknya satu-satunya yang sedang beranjak dewasa.
Data dari Badan Kesehatan Dunia ( WHO ) menyebutkan bahwa 800 ribu orang
dari penduduk dunia setiap tahunnya melakukan tindakan bunuh diri, 80 %
nya disebabkan karena stress dan tidak kuat di dalam menghadapi
berbagai problematika yang menimpa dirinya. Problematika –problematika
tersebut berkisar pada masalah keluarga, pernikahan, anak, studi,
pekerjaan dan lain-lainya. Dan menurut data tersebut, fenomena semacam
ini paling banyak didapati di negara-negara maju, seperti Denmark,
Norwegia, Perancis. Di Amerika Serikat sendiri didapatkan bahwa setiap
20 menit telah terjadi kasus bunuh diri, artinya setiap hari sebanyak 75
orang bunuh diri.
Kesenangan dunia yang diberikan Allah kepada
kita, jangan sampai melalaikan kita dari beribadat kepada-Nya. Dalam
rangka itulah, Allah swt setelah memberikan karunia anak yang sholeh
kepada nabi Ibrahim as, dan pada saat anak tersebut beranjak menjadi
dewasa, Allah swt hendak menguji nabi Ibrahim as, apakah anak yang telah
lama dinanti-nantikan tersebut, yang telah lama dirawat dan didiknya
sehingga menjadi dewasa dan sangat menyejukkan hati orang tuanya itu..
apakah akan melalaikannya dari ibadat dan taat kepada Allah swt ?
disinilah nabi Ibrahim as diuji. Apakah dia lebih mencintai anak atau
mencintai Allah swt ? Ternyata nabi Ibrahim as, secara baik telah mampu
melewati ujian tersebut. Ia telah menempatkan kecintaannya kepada Allah
di atas segala-galanya. Dia segera melaksanakan perintah Allah swt untuk
menyembelih anaknya, dia sangat menyakini bahwa setiap yang
diperintahkan Allah akan selalu berakibat baik. Sebaliknya, kalau dia
tetap lebih mencintai anaknya dan melalaikan perintah Allah swt, niscaya
dia termasuk orang –orang yang merugi. Allah swt berfirman :
“
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka
itulah orang-orang yang merugi. “ ( QS Al Munafiqun : 9 )
KHUTBAH KEDUA :
Ma’asyira Al Muslimin yang dirahmati Allah …
Pelajaran kelima :
“
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya
atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). “ ( Q. S. Al Shofat
:103 )
Seorang hamba yang sabar ketika diuji oleh Allah swt, dan
taat dengan segala perintahnya, serta pasrah dengan hukum-hukum-Nya,
niscaya akan mendapatkan balasan yang stimpal di dunia ini dan di sisi
Allah pada hari akhir nanti.
Diantara balasan yang diberikan Allah itu adalah sebagai berikut :
Mendapat pujian dan predikat dari Allah sebagai orang berbuat baik dan tergolong orang-orang yang muhsinin . Allah berfirman :
“
Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim “ . sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu . sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.( Qs As Shofat : 104-105 )
Mendapatkan rizqi yang melimpah. Allah berfirman :
“ Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. “( Qs As Shofat : 107)
Nabi
Ibrahim as, setelah pasrah penuh kepada perintah Allah, maka Allah
memberikannya rizki berupa kambing kurban. Kita, kaum muslim in jika
mengikuti langkah nabi Ibrahim di atas, niscaya akan mendapatkan rizki
yang melimpah juga, seperti kesehatan, kemudahan, kelancaran dalam
urusan-urusan, anak yang sholeh, keberhasilan studi, kemudahan di dalam
mendapatkan pekerjaan dan lain-lainnya.
Nama dan perjuangannya dikenang oleh generasi selanjutnya. Allah berfirman :
“ Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. “ ( Qs As Shofat : 108 )
Perjuangan
dan ketabahan nabi Ibrahim telah diabadikan dalam Al Qur’an yang akan
dibaca kaum muslimin hingga hari kiamat, dan ditulis dengan tinta emas
di dalam buku-buku sejarah. Dengan sikap pasrah terhadap perintah Allah,
akhirnya nabi Ibrahim menjadi panutan umat sepanjang zaman.
Allah akan melimpahkan rahmat dan kedamaian serta keselamatan di dalam kehidupannya . Allah berfirman :
“ yaitu Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim. “( Qs As Shofat : 109 )
Selain itu, generasi selanjutnya juga akan selalu mendoakannya. Paling tidak, lima kali sehari