.اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَهَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ: اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ
اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْن.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ
وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْن
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,الله أكبر الله أكبر الله أكبر ,الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Puja dan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
kenikmatan kepada kita sangat banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu
menghitung nikmat-nikmat itu. Karenanya dalam konteks nikmat, Allah Swt tidak
memerintahkan kita untuk menghitung tapi mensyukurinya.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw,
beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya
hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah1437. H seluruh seontero dunia
merayakan Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1437
H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf di Arafah, berkumpul di
Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di
sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya
kecuali takwa kepada Allah.
Dan Hari ini juga kita kembali di ingatkan
tentang kisah seorang manusia kholilulloh kekasih Allah SWT, nabi Ibrahim as
yang Allah uji kecintaannya, antara cintanya kepada keluarga ( nabi Ismail as
dan Siti hajar ) dan cintanya kepada Allah. Alhamdulillah cintanya kepada Allah
melebihi dari segalanya, hal ini membuat kita bahkan nabi Muhammad SAW harus
mengambil pelajaran darinya.Allah berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ
مَعَهُ“
Sesungguhnya telah ada contoh teladan yang baik
bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.” (QS. Al
Mumtahanah: 4)
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Minimal ada Empat pelajaran yang terdapat dari
kisah nabi Ibrahim as dan keluarganya:
Pesan Pertama:Berbaik sangka kepada Allah SWT
Di dalam kitab; Anbiyaa Allah(Nabi – Nabi Allah) di
jelaskan
.Pada suatu hari, Ibrahim as, terbangun dari
tidurnya. Tiba-tiba dia memerintahkan kepada istrinya, Siti Hajar, untuk
mempersiapkan perjalanan dengan membawa bayinya. Istrinya segera menyiapakan
bekal untuk melakukan perjalanan yang panjang. Pada saat itu nabi Ismail masih
bayi menyusi.
Ibrahim as
melangkahkan kaki menyusuri bumi yang penuh dengan pepohonan dan rerumputan,
sampai akhirnya tiba di padang sahara. Beliau terus berjalan hingga mencapai
pegunungan, kemudian masuk ke daerah jazirah Arab. Ibrahim menuju ke sebuah
lembah yang tidak di tumbuhi tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada
pepohonan, tidak ada makanan, tidakada minuman, tempat itu tidak ada tanda-tanda
kehidupan di dalamnya.
Di tempat itu beliau turun dari punggung hewan
tunggangannya, kemudian menurunkan istri dan anaknya. Setelah itu tanpa
berkata-kata beliau meninggalkan istri dan anaknya di sana. Mereka berdua hanya
dibekali sekantung makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk dua hari.
Setelah melihat kiri dan kanan beliau melangkah meninggalkan tempat itu.Tentu
saja Siti hajar merasa heran diperlakukan demikian, dia mengikuti suaminya dari
belakang sambil bertanya“Ibrahim hendak pergi ke manakah engkau?” Apakah engkau
akan meninggalkan kami di lembah/tempat yang tidak ada sesuatu apapun disini?
Nabi Ibrahim as tidak menjawab pertanyaan istrinya. Bahkan Beliau terus
berjalan, Siti hajar kembali mengulangi pertanyaannya, tetapi Ibrahim as tetap
membisu. Akhirnya Siti hajar mulai mengerti bahwa suaminya pergi bukan karena
kemauannya sendiri. Dia mengerti bahwa Allah memerintahkan suaminya untuk
pergi. Maka kemudian siti hajar bertanya,“apakah Allah yang memerintahkanmu
untuk pergi meninggalkan kami disini? Ibrahim menjawab, “benar“. Kemudian istri
yang shalihah dan beriman itu berkata,” kami tidak akan sengsara tersia-siakan
selagi Allah bersama kami. Dia-lah yang telah memerintahkan engkau pergi.
Kemudian Ibrahim terus berjalan meninggalkan mereka.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah.
Mari kita Lihat, bagaimana nabi Ibrahim as dan istrinya
Siti hajar, mampu berbaik sangka kepada Allah SWT mereka meyakini bahwa selagi
mereka bersama Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya, tidak akan
ada yang dapat mencelakainya, tidak akan ada yang dapat melukainya. Bila kita
lihat banyaknya manusia yang frustasi dalam kehidupan ini atau banyaknya
manusia sengsara bukan karena sedikitnya nikmat yangAllah berikan kepada mereka
akan tetapi karena sedikitnya husnu dzon (berbaik sangka) mereka kepada Allah, Padahal klo kita menaydari
nikmat yang Allah swt yg berikan lebih banyak dari pada kesusahan. Oleh karena
itu kita harus berbaik sangka kepada Allah karena Allah menjelaskan dalam
hadits qudsi bahwa Dia sesuai prasangka hambanya;
Dari Abu Hurairah RA berkata, bersabda Rasulullah
saw.: Allah berfirman:“Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku, dan Aku
bersamanya jika ia mengingat-Ku dan jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka
Aku akan menghampirinya dengan berlari. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu Manusia wajib berbaik sangka kepada
Allah apa pun keadaannya. Allah akan berbuat terhadap hamba-Nya sesuai
persangkaannya. Jika hamba itu bersangka baik, maka Allah akan memberikan
keputusan yang baik untuknya. Jika Seseorang itu berburuk sangka, maka berarti
ia telah menghendaki keputusan yang buruk dari Allah untuknya.
.Kita harus belajar kepada Siti hajar walaupun dia
seorang wanita yang baru mempunyai anak masih bayi, kemudian di tinggalkan
suaminya di padang pasir yang gersang, tetapi dia yakin jika ini adalah
perintah Allah maka Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Allah pasti akan
membantunya, kisah ini bukan hanya untuk Siti hajar saja, kisah ini bukan untuk
zaman itu saja, akan tetapi kisah ini akan terus berulang pada setiap zaman
bahwa
.Pelajaran
kedua:Mencari rezeki yang halal
Klo kita lihat Setelah
Ibrahim as meninggalkan istri dan anaknya untuk kembali meneruskan
perjuangannya berdakwah kepada Allah. Siti hajar menyusui Ismail sementara dia
sendiri mulai merasa kehausan. Panas matahari saat itu menyengat sehingga
terasa begitu mengeringkan tenggorokan. Setelah dua hari, air yang di bawah
habis, air susunya pun sudah mulai habis . Siti hajar dan Ismail mulai
kehausan. Pada waktu yang bersamaan, makanan pun habis, kegelisahan dan
kekhawatiran membayangi Siti hajar.Ismail mulai menangis karena kehausan.
Kemudian siti hajar meninggalkannya ismail untuk mencari air. Dengan berlari –
lari kecil hinga sampai di kaki bukit Shafa. Kemudian beliau naik ke atas bukit
shafa. Di taruhnya kedua telapak tangannya di kening untuk melindungi pandangan
matanya dari sinar matahari, kemudian dia menengok kesana kemari, mencari
sumur, manusia, kafilah atau berita. Namun tidak ada sesuatu pun. kemudian
bergegas turun dari bukit Shafa dan berlari – lari kecil sampai di bukit Marwa.
beliau naik ke atas bukit itu, barangkali dari sana dia melihat seseorang,
tetapi tidak ada seorang pun. Hajar turun dari bukit Marwa untuk menengok
bayinya. Dia mendapati Ismail terus menangis . tampaknya ismail benar-benar
kehausan. Melihat sedih anaknya dalam keadaan seperti itu, beliau bingung dia
kembali ke bukit Shafa dan naik ke atasnya. Kemudian dia ke bukit Marwa dan
naik ke atasnya, Siti hajar bolak – balik antara dua bukit, Shafa dan Marwa,
sebanyak tujuh kali.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah.
.Ada rahasia yang
jarang di kaji dari kejadian ini..Yaitu kesungguhan Siti hajar dalam mencari
air di keluarkan segala tenaganya bolak balik dari Shafa dan Marwa, walaupun
bolak balik dari Shafa dan Marwa belum mendapatkan air dia terus berusaha.
Walaupun akhirnya ternyata air itu ada di dekat anaknya sendiri. Ini memberikan
pelajaran kepada kita untuk bersungguh-sungguh dalam menjemput rezeki dengan
mengeluarkan segala kemampuan yang kita miliki karena Kita di perintahkan bukan
Cuma melihat hasil tapi juga usaha dan tenaga yang kita keluarkan, Rasulullah
SAW sangat mencintai orang-orang yang bekerja keras.
Diriwayatkan bahwa
suatu ketika Rasulullah berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu
Rasulullah melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitaman seperti
lama terpanggang matahari.Rasulullah bertanya, ‘Kenapa tanganmu ?’Sa’ad
menjawab, ‘ Wahai Rasulullah, tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah
dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi
tanggunganku,’Seketika itu, Rasulullah mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya
seraya berkata,’Inilah tangan yang tidak pernah tersentuh api neraka,
’Hikmah dari kisah
ini yaitu terdapat tanggung jawab seorang Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari dalam
menafkahi anak dan istrinya melalui rizki yang halal.
Rasulullah SAW
bersabda,“Tidaklah sekali-kali seseorang itu makan makanan lebih baik dari pada
apa yang dimakannya dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan Nabi Daud AS itu
makan dari hasil jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari)
. Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah.
.berhati-hatilah
terhadap barang haram yang masuk ke tubuh kita, karena tidaklah tubuh yang di
dalamnya ada barang haram kecuali neraka adalah lebih berhak untuk menjadi tempat
kembalinya. Rasulullah SAW berkata: Wahai Sa’ad, murnikanlah makananmu, niscaya
kamu menjadi orang yang terkabul doanya. Demi yang jiwa Muhammad dalam
genggamanNya. Sesungguhnya seorang hamba melontarkan sesuap makanan yang haram
ke dalam perutnya maka tidak akan diterima amal kebaikannya selama empat puluh
hari. Siapapun yang dagingnya tumbuh dari yang haram maka api neraka lebih
layak membakarnya. (HR. Ath-Thabrani) Dan juga ketika tubuh termasuki dengan
barang haram maka selama 40 hari amal ibadahnya tidak di terima Allah akan
tetapi dosa – dosa yang diperbuatnya di catat oleh malaikat.
Pelajaran yang
ke tiga: Berkorban untuk Allah SWT
Ketika Ismail
bertambah besar, hati Ibrahim as cintanya semakin kuat kepada putranya. Tidak
mengherankan karena Ismail hadir di kala usia Nabi Ibrahim sudah tua. Itulah
sebabnya beliau sangat mencintainya. Namun Allah hendak menguji kecintaan
Ibrahim as dengan ujian yang besar disebabkan cintanya itu. Diceritakan dalam
Al-qur’an
.فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّإِنِّي
أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا
أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ
الصَّابِرِينَ﴿١٠٢﴾
“Maka tatkala anak
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:
“Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka
pikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang
yang sabar”. (QS. Ash Shaaffat: 102 )
Klo Renungkanlah
bentuk ujian yang telah Allah berikan kepada beliau. Bagaimana kira-kira
perasaan Ibrahim as pada saat itu? keguncangan seperti apa yang berkecamuk di
dalam hatinya? Salah besar jika ada yang mengira bahwa tidak ada keguncangan
pada diri Ibrahim as. Tidak mungkin ujian sebesar ini terbebas dari keguncangan
batin. Ibrahim hanya berpikir tentang putranya, apa yang harus beliau katakan
kepada anaknya ismail, saat beliau hendak menyembelih ismail atas perintah
allah? Ibrahim mengambil jalan yang paling baik, yaitu berkata yang jujur dan
lemah lembut kepada putranya, ketimbang menyembelihnya secara paksa. Inni aroka
pilmanaam inni adzbahuka, kemudian ismail menjawab ifal matu’mar Lihatlah
kepasrahan dan pengorbanan Ismail dan ayahnya Ibrahim mereka berlomba-lomba
untuk mendapatkan cintaAllah. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kasih
sayang Allah. Walaupun yang di korbankan adalah diri Ismail.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah.
Sadarkah kita,
bahwa saat ini kita sedang di ajari oleh seorang anak dan ayahnya tentang makna
pengorbanan kepada Allah dalam segala hal di kehidupan ini, Kata kurban dalam
bahasa Arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqih Islam dikenal dengan istila hudh-hiyah,
sebagian ulama mengistilahkannyaan-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS
Al-Kautsar (108): 2,“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
“Akan tetapi,
pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya
kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna
korban meliputi aspek yang lebih luas.Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam
menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah
para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan
Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu
ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh
Umat Islam di Mekah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet
tindakan keji lainnya dari kaum kafir Quraisy. Rasulullah pernah, dilempar batu,leher
beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau
dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar
yang panas di tengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang
ibu yang bernama Sumayyah, ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.Tak
hanya itu,
Jamaah Shalat Idul Adha Yang
Dimuliakan Allah.
Pelajaran
keempat adalah Mendidik
KeluargaNabi
Ismail tidak akan menjadi anak yang penyabar jika tidak mendapat pendidikan
dari ibunya dan Siti hajar tidak akan menjadi seorang yang penyabar jika tidak
di didik oleh nabi Ibrahim as. Dan nabi Ibrahim as tidak akan dapat sabar jika
tidak didikan dari Allah SWT melalui wahyuNya.Seorang anak dalam perkembangannya
membutuhkan proses yang panjang, maka peran orang tua dalam membentuk perilaku yang
berakhlaq mulia sangat dibutuhkan, perhatian sempurna kepada anak semenjak dari
masa mengandung, melahirkan hingga sampai masa Kewajiban ini diberikan di pundak
orang tua oleh agama. Karena seseorang yang tidak mau memperhatikan pendidikan
anak dianggap orang yang mengkhianati amanah Allah.
dikatakan bahwa
Allah Swt. Pada hari kiamat nanti akan meminta pertanggungjawaban setiap orang
tua tentang perlakuan mereka kepada anaknya.
اَللهُ أَكْبَرُ3x
كَبِيْرًا
وَالْحَمْدُللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا. لَا إِلٰهَ
اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ.
أَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِىْ أَمَرَناَبِالْإِتِّحاَدِ وَنَهَانَا عَنِ
التَّفَرُّقِ وَالْفَساَدِ. أَشْهَدُ أَنْ لآ
اِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى َآلِهِ وَأَصْحَاِبِه الَّذِيْنَ سَلَكُواْ عَلَى سَبِيْلِ الْهُدَى
وَالتَّقْوَى. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَالْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ,
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلَآ ئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِّى يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ
وَسَلِّمُواْ تَسْلِيْماً. أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ أَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَاقَضِىَ الْحاَجاَتِ. رَبَّنَا
إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِياً يُناَدِىْ لِلْإِيْمَانِ أَنْ أٰمِنُواْ
بِرَبِّكُمْ فَأٰمَنَّا, رَبَّناَ فَاغْفِرْلَناَ ذُنُوْبَناَ وَكَفِّرْ عَنَّا
سَيِّأَتِناَ وَتَوَفَّناَ مَعَ الْأَبْرَارِ, رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى الْاٰ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ