Telah
berulang-ulang kami katakan bahwa sekelompok orang tertentu di zaman Rasul
menekuni bacaan (qira-ah)
Al-Quran, mengajarkan dan mempelajarinya. Mereka selalu ingin mengetahui
ayat-ayat yang diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad s.a.w.,
kemudian menghapalkannya. Dan terkadang mereka membaca ayat-ayat itu di hadapan
Nabi agar disimak.
Sebagian
mereka menjadi guru. Orang-orang yang belajar qira-ah kepada mereka meriwayatkannya
dengan menyebutkan sanad-nya
dan mereka sering menghapalkan qira-ah yang diriwayatkan dari seorang
guru. Penghapalan dan periwayatan seperti ini memang sesuai untuk masa itu,
karena tulisan yang digunakan pada waktu itu adalah tulisan
kufi. Dalam tulisan ini satu
kata dapat dibaca dengan beberapa cara. Oleh karena itu, harus belajar langsung
kepada guru, kemudian menghapalkan dan meriwayatkan.
Selain
itu, kebanyakan orang pada waktu itu masih buta huruf, tidak bisa tulis-baca dan
belum mengenal cara menjaga pelajaran selain menghapal dan meriwayatkan. Cara
ini juga terus diikuti dalam masa-masa berikutnya.
Para Qurra’
Kelompok
pertama para qurra’ adalah para
qurra’ dari kalangan sahabat
Nabi yang tekun mengajar dan belajar di masa hidup beliau. Sebagian dari mereka
telah menghimpun Al-Quran seluruhnya, di antaranya adalah seorang wanita yang
dikenal dengan nama Ummi Waraqah binti Abdullah bin Harits.14) Yang
dimaksud dengan menghimpun Al-Quran - yang dalam beberapa hadis Nabi dihubungkan
dengan empat, lima, enam sahabat Anshar atau lebih - adalah mempelajari dan
menghapal Al-Quran, bukan menata dan menyusun surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran
dalam satu mus-haf. Jika tidak demikian, maka tidak ada artinya penyusunan dan
penataan yang dilakukan pada masa khalifah pertama dan ketiga. Adapun penjelasan
yang terdapat dalam sebagian hadis bahwa Nabi Muhammad sendiri menentukan tempat
ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran, dibantah oleh banyak
hadis yang diriwayatkan dari Rasulullah sendiri.
Menurut
keterangan beberapa ulama, sebagian qurra’ dari kelompok ini terkenal
sebagai pengajar Al-Quran. Mereka itu adalah Usman, Ali, Ubay bin Ka'b, Zaid bin
Tsabit, Abdullah bin Mas'ud dan Abu Musa al-Asy'ari.15)
Kelompok
kedua adalah murid-murid dari kelompok pertama. Mereka ini adalah dari generasi
tabi'in dan mempunyai halqah
(kelas belajar} di kata-kota Makkah, Madinah, Kufah, Basrah dan Suriah. Ke
kota-kota inilah Mus-haf Imam dikirimkan, seperti telah dijelaskan di
depan.
Di
antara mereka yang tinggal di Makkah adalah Ubaid bin 'Umair, 'Atha' bin Abi
Rabah, Thawus, Mujahid, Ikrimah, Ibnu Abi Malikah dan lain-lain. Yang tinggal di
Madinah adalah Ibnul Musayyab, 'Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman bin
Yasar, Atha' bin Yasar, Mu'az al-Qari, Abdullah bin al-A'raj, Ibnu Syihab
az-Zuhri, Muslim bin Jundub dan Zaid bin Aslam. Yang tinggal di Kufah adalah
al-Qamah, al-Aswad, Masruq, 'Ubaidah, Amr bin Syurahbil, Harits bin Qa.is, Rabi'
bin Khaitsam, Amr bin Maimun, Abu Abdurrahman as-Sulami, Zir bin Jaisy, 'Ubaid
bin Naflah, Sa'id bin Jubair an-Nakha'i dan asy-Sya'bi. Yang tinggal di Basrah
adalah Abu 'Aliyah, Abu Raja', Nasr bin 'Ashim, Yahya bin Ya'mar, Hasan
al-Basri, Ibnu Sirin dan Qatadah. Yang tinggal di Suriah adalah Mughirah bin Abi
Syihab, seorang murid Usman, dan Khalifah bin Sa'id, seorang murid sahabat Abu
Darda .
Kelompok
ketiga adalah para qurra’ yang
hidup kurang lebih pada pertengahan pertama abad kedua Hijrah. Mereka itu adalah
sekelompok imam qurra’ yang
belajar kepada kelompok kedua. Di antara mereka yang tinggal di Makkah adalah
Ibnu Katsir, salah seorang dari tujuh imam qira-ah. Humaid bin Qais al-A'raj dan
Muhammad bin Abi Muhaisin. Yang tinggal di Madinah adalah Abu Ja'far Yazid bin
al-Qa'qa', Syaibah bin an-Nafah dan Nafi' bin Nu'aim, salah seorang dari tujuh
imam qira-ah. Yang tinggal di
Kufah adalah Yahya bin Watsab, 'Ashim bin Abin Najud, Hamzah dan Kisa'i. Tiga
orang yang disebut terakhir termasuk tujuh imam qira-ah. Yang tinggal di Basrah adalah
Abdullah bin Abi Ishak, Isa bin Umar, Abu Amr bin al-'Ala', salah seorang dari
tujuh imam qira-ah, 'Ashim al
Jahdari dan Ya'kub al-Hadhrami. Yang tinggal di Suriah adalah Abdullah bin
'Amir, salah seorang dari tujuh imam qira-ah, 'Athiyah bin Qais al-Kilabi,
Ismail bin Abdullah bin Muhajir, Yahya bin Harits dan Syuraih bin Yazid
al-Hadhrami.
Kelompok
keempat adalah para murid dan orang-orang yang meriwayatkan qira-ah dari kelompok ketiga, seperti
Ibnu 'Iyasy, Hafs dan Khalaf. Kami akan menyebutkan beberapa orang yang terkenal
di antara mereka dalam pembahasan yang akan datang. Kelompok kelima adalah para
pengkaji dan penyusun ilmu qira-ah.
Mereka itu adalah Abu 'Ubaid al-Qasim bin Salam, yang dikatakan sebagai
orang yang pertama kali menyusun buku tentang yira-ah,16)
Ahmad bin Jubair al-Kufi dan Ismail bin Ishak alMaliki, dua orang murid
Qalun, Abu Ja'far bin Jarir ath-Thabari dan Mujahid. Sesudah mereka ini, medan
pembahasan dan pengkajian ilmiah tentang ilmu qira-ah bertambah luas sehingga
orangorang seperti ad-Dani dan asy-Syatibi17) menulis risalah dalam
bentuk puisi maupun prosa.
kitab, mengungkap rahasia Al-Qur'an
14). Al-Itqan, I, 74.
15). Kelompok yang disebutkan dalam bab ini adalah kelompok
yang disebutkan asSuyuthi dalam al-Itqan. Untuk mengetahui riwayat hidup
mereka secara terinci, baca buku-buku yang membahas tentang tokoh-tokoh
periwayatan hadis.
16).
Al-Itqan, I, h. 75.
17).
Abu Amr Usman bin Said ad-I)ani dari Andalusia adalah seorang ahli qira-ah yang sangat terkenal dan
mempunyai banyak karangan. Meninggal pada 444 H. Asy-Syatibi adalah
seorang ahli qira-ah dan
penghapal Al-Quran yang terkenal. Menulis buku mengenai qira-ah yang diberi judul Qashidah Syatibiyah, terdiri atas 1120
bait puisi. Menirtggal di Kairo pada 590 H.
|